Mengapa China Stop Kirim Anak-Anak ke Luar Negeri untuk Diadopsi?

20/09/2024 09:16:04 WIB 7

CHINA berhenti mengirim anak-anak ke luar negeri untuk diadopsi. Penghentian itu dalam rangka menghadapi populasi yang menyusut di China. Namun, banyak keluarga dengan permohonan yang tertunda kini berada dalam ketidakpastian. Pada 28 Agustus lalu, China mengakhiri program adoptasi internasional yang telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, saat mengonfirmasi perubahan kebijakan itu pada pekan lalu mengatakan, keputusan tersebut “sejalan” dengan tren internasional.

“Kami menyampaikan penghargaan kami kepada para pemerintah asing dan keluarga-keluarga yang ingin mengadopsi anak-anak China atas dasar niat baik serta cinta dan kebaikan yang telah mereka tunjukkan,” kata Mao. Yi Fuxian, seorang pakar demografi China dan ilmuwan senior di Universitas Wisconsin-Madison, mengatakan kepada DW bahwa keputusan itu mencerminkan perubahan penting dalam kebijakan kependudukan China.

“Sebelumnya mereka (pemerintah China) memandang bayi baru lahir sebagai beban, kini mereka melihatnya sebagai sumber daya,” kata dia. Adopsi Pernah Jadi 'Solusi' bagi Kebijakan Satu Anak China Saat China secara resmi membuka pintunya bagi adopsi anak secara internasional pada tahun 1992, negara itu tengah berusaha keras untuk mengekang pertumbuhan populasi yang pesat di bawah kebijakan “satu anak” yang keras. Karena dibatasi hanya boleh memiliki satu anak, banyak keluarga di China yang akhirnya terpaksa menelantarkan anak-anak mereka (kebanyakan anak perempuan dan bayi penyandang disabilitas) atau mereka akan menghadapi denda yang sangat tinggi. Hasilnya, China menjadi sumber utama adopsi internasional. Selama tiga dekade terakhir, lebih dari 160.000 anak dari China telah diadopsi keluarga-keluarga di seluruh dunia. Menurut China's Children International (CCI), organisasi internasional yang didirikan oleh dan untuk anak-anak yang diadopsi dari China, sekitar setengah dari anak-anak itu tiba di Amerika Serikat (AS). Pada saat itu, kata Yi kepada DW, hal tersebut menjadi situasi yang saling menguntungkan bagi pemerintah China. “Karena (Beijing) memandang populasi sebagai beban, adopsi internasional secara efektif mengalihkan beban ini ke luar negeri,” kata dia. Masalah Populasi China Beberapa dekade kemudian, China menghadapi penyusutan populasi. Negara itu kini tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia.

Tahun 2023, kelahiran baru di China turun 5,7 persen menjadi sekitar 9 juta, dan angka kelahiran mencapai rekor terendah, yaitu 6,39 kelahiran per 1.000 orang. Total populasi negara itu juga turun lebih dari 2 juta, itu merupakan penurunan tahun kedua berturut-turut. Setelah menghapuskan kebijakan satu anak pada tahun 2016, China mulai mendorong keluarga-keluarga untuk memiliki dua atau tiga anak. Meski ada upaya-upaya itu, banyak perempuan muda di China masih tidak yakin untuk memiliki anak karena tingginya biaya pengasuhan anak, kekhawatiran mengenai keamanan kerja, dan masa depan yang tidak pasti seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. “Di masa lalu, populasi yang lebih kecil dipandang lebih baik... sekarang penurunan populasi menimbulkan rasa takut,” kata Yi.

Share this post