Sejumlah pesantren di Indonesia kini semakin bersaing dalam mengajarkan bahasa Mandarin. Salah satu pesantren terdepan dalam program ini adalah Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo, Jawa Timur, yang telah menjadi pionir pengajaran bahasa Mandarin di kalangan pesantren. Lulusannya banyak yang melanjutkan pendidikan tinggi di China melalui berbagai program beasiswa, dari jenjang S-1 hingga S-3. Jakarta, (11 /09/2024).
Pesantren Nurul Jadid bahkan telah dipercaya sebagai pusat ujian bahasa Mandarin, IHSK (Ujian Standar Kompetensi Bahasa Mandarin), yang biasanya hanya diadakan di universitas. Kepercayaan ini menjadi pengakuan atas kualitas pengajaran bahasa Mandarin di pesantren tersebut. “Nurul Jadid menjadi satu-satunya SMA yang dipercaya sebagai test centre IHSK,” kata Syamsul Hadi, salah satu alumnus Nurul Jadid dan Koordinator Pembelajaran Bahasa Mandarin.
Sejak tahun 2004, lebih dari 200 lulusan Nurul Jadid berhasil mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi di China. Hal ini memicu berdirinya pesantren-pesantren lain di Indonesia yang juga mengajarkan bahasa Mandarin, seperti Bahrul Ulum Besuk dan Badridduja Kraksaan di Probolinggo, serta Maktuba al-Majidiyah di Madura.
Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan program intensif yang diterapkan Nurul Jadid, termasuk kewajiban siswa jurusan bahasa Mandarin tinggal di asrama khusus yang mewajibkan penggunaan bahasa tersebut. “Lingkungan belajar di sini sangat mendukung, dengan program yang fokus pada penguasaan bahasa Mandarin,” tambah Syamsul.
Bahasa Mandarin kini semakin diminati di pesantren, seiring dengan semakin kuatnya posisi ekonomi China. Penelitian menunjukkan bahwa penguasaan bahasa Mandarin di kalangan lulusan pesantren dapat meningkatkan status sosial dan taraf hidup mereka.