Pesawaran Lampung-Kasus penyakit HIV mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada bulan Mei 2023 kemarin, Kementerian Kesehatan dalam website-nya merilis data bahwa penularan penyakit HIV banyak didominasi oleh ibu rumah tangga dengan jumlah penambahan kasus sebesar 5.100 setiap tahunnya. Penyebabnya tidak lain karena pengetahuan yang rendah mengenai pencegahan dan dampak penyakit HIV, serta tidak menyadari bahwa pasangannya berisiko mengidap penyakit tersebut.
Kali ini, kita akan membahas seluk-beluk penyakit HIV untuk meningkatkan kesadaran Anda mengenai bahaya penyakit ini. Simak penjelasannya sampai selesai!
Apa itu HIV?
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel darah putih yang disebut sel CD4. HIV menghancurkan sel CD4 sehingga melemahkan kekebalan manusia terhadap penyakit, seperti tuberkulosis dan infeksi jamur, infeksi bakteri tingkat berat, dan beberapa jenis kanker.
Infeksi HIV merupakan penyakit menular seksual (PMS). HIV menular melalui darah atau cairan tubuh yang sudah terkena virus ini. HIV bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dalam jangka waktu panjang. Tanpa pengobatan yang tepat, HIV bisa berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Sampai saat ini, HIV belum ditemukan obatnya. Namun, penyebaran HIV bisa ditahan dengan berhubungan seksual secara aman dan bertanggun jawab, yaitu menggunakan pengaman dan juga menghindari penggunaan obat-obatan terlarang.
Penyebab Penyakit HIV
HIV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Penjelasan lebih lanjut mengenai virus HIV dan cara penularannya dibahas dalam uraian berikut.
Cara Penularan HIV
Beberapa cara penularan virus HIV yang sering terjadi adalah:
Berhubungan seksual: Seseorang bisa terinfeksi jika berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi. Darah, air mani, atau cairan vagina mereka masuk ke dalam tubuh penderita HIV. Virus ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka di mulut atau robekan kecil yang kadang-kadang muncul di vagina selama aktivitas seksual.
Berbagi jarum suntik. Peralatan medis yang rawan terkontaminasi virus HIV seperti jarum dan syringe meningkatkan risiko infeksi HIV dan penyakit menular seksual lainnya, seperti hepatitis.
Transfusi darah. Dalam beberapa kasus, virus HIV dapat menular melalui transfusi darah. Risiko ini lebih sedikit jika rumah sakit atau bank darah dengan teliti memastikan bahwa tidak ada darah yang terinfeksi virus HIV untuk ditransmisikan.
Selama masa kehamilan, persalinan, atau menyusui. Ibu yang terinfeksi virus HIV dapat menularkan virus ini kepada bayinya selama kehamilan, persalinan atau menyusui.
Sebaliknya, virus HIV tidak akan menular melalui kontak biasa, seperti berjabat tangan atau memeluk seseorang yang terinfeksi. HIV juga tidak menyebar melalui udara, air, atau gigitan serangga.
Gejala Penyakit HIV
Penyakit HIV bisa dilihat dari gejala yang dialami oleh penderita. Gejalanya terjadi secara bertahap sesuai dengan kondisi yang dialaminya. Berikut penjelasan mengenai gejala penyakit HIV yang perlu diwaspadai.
Gejala Tahap Awal: HIV Akut
Gejala HIV dimulai pada tahap awal, yaitu HIV akut. Beberapa orang yang terkena infeksi virus HIV mengalami penyakit yang mirip seperti flu dalam 2 hingga 4 minggu setelah virus memasuki tubuh. Penyakit ini, dikenal sebagai infeksi HIV primer (akut), mungkin berlangsung selama beberapa minggu. Tanda dan gejala lainnya meliputi:
Demam
Sakit kepala
Nyeri otot dan sendi
Ruam
Sakit tenggorokan dan luka mulut yang menyakitkan
Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher
Diare
Penurunan berat badan
Batuk
Keringat malam
Gejala Tahap Lanjutan: HIV Kronis
Berikutnya adalah tahap infeksi klinis laten atau HIV kronis. Pada tahap ini, HIV masih ada dalam tubuh dan dalam sel darah putih. Namun, banyak orang mungkin tidak memiliki gejala atau infeksi selama waktu ini. Saat virus terus berkembang biak dan menghancurkan sel-sel kekebalan tubuh, penyakit berkembang menjadi HIV simptomatik, ditandai dengan gejala kronis seperti:
Demam
Kelelahan
Pembengkakan kelenjar getah bening
Diare
Penurunan berat badan
Herpes zoster
Pneumonia
Jenis Penyakit HIV
Ada dua jenis penyakit HIV, yaitu HIV tipe 1 dan HIV tipe 2. Keduanya sama-sama bisa berkembang menjadi AIDS, tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai kedua jenis penyakit HIV.
1. HIV Tipe 1
HIV tipe 1 adalah jenis HIV yang paling umum dan tersebar di seluruh dunia. Menurut badan amal kesadaran HIV, Avert, yang dikutip dari Medical News Today, sekitar 95% penderita HIV memiliki HIV tipe 1. Penularan virus HIV tipe 1 pun lebih besar daripada virus HIV tipe 2, baik melalui hubungan seksual maupun antara orang tua dan bayi melalui kehamilan dan menyusui. Selain itu, penderita yang menjalani diagnosis untuk mendeteksi penyakit HIV tipe 1 tidak bisa mendeteksi adanya penyakit HIV tipe 2.
2. HIV Tipe 2
Sementara itu, HIV tipe 2 banyak ditemukan di Afrika Barat, tetapi mulai muncul secara perlahan di wilayah lain, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan India. HIV tipe 2 lebih sulit untuk ditularkan dibandingkan dengan HIV tipe 1. Metode penularan penyakit HIV tipe 2 yang umum adalah hubungan seks, tetapi tingkat penularannya sekitar lima kali lebih rendah dibandingkan dengan HIV tipe 1. Antara orang tua dan bayi yang baru lahir, tingkat penularan HIV tipe 2 pun sekitar 20-30 kali lebih rendah dibandingkan dengan HIV tipe 1. Untuk orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV tipe 2, dokter melakukan tes untuk antibodi atau antigen terhadap penyakit ini.
Dampak Penyakit HIV terhadap Tubuh
Penyakit HIV menimbulkan dampak yang signifikan terhadap tubuh penderitanya, terutama kekebalan dan beberapa organ tubuh. Lihat penjelasan mengenai dampak penyakit HIV di bawah ini.
1. Sistem Kekebalan Tubuh
Penyakit HIV dapat memengaruhi sistem kekebalan atau imunitas tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit. Pasalnya, sistem kekebalan tubuh berguna untuk mencegah tubuh dari berbagai penyakit. Sel-sel darah putih mempertahankan tubuh melawan virus, bakteri, dan organisme lainnya yang dapat menimbulkan penyakit. Beberapa hari setelah terpapar virus HIV, penderita mengalami penyakit mirip flu yang berlangsung beberapa minggu.
2. Organ Tubuh yang Terpengaruh
Selain kekebalan tubuh, organ tubuh lainnya juga ada yang terpengaruh akibat infeksi virus HIV, seperti sistem pernafasan dan kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem saraf pusat, bahkan kulit.
Cara Mengatasi Penyakit HIV
Lantas, bagaimana cara mengatasi penyakit HIV? Berikut adalah penjelasannya.
1. Terapi Antiretroviral (ARV)
Terapi ARV bekerja dengan menghentikan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh. ARV bekerja untuk menghalangi virus, mencegahnya berkembang biak, dan menurunkan jumlah virus dalam darah. Dengan mengontrol jumlah virus HIV, sistem kekebalan tubuh diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
2. Pencegahan Infeksi Oportunistik
Penyakit HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat penderita rentan terhadap infeksi oportunistik seperti TBC dan sejenisnya. Oleh karena itu, dilakukan pencegahan infeksi oportunistik untuk mencegah infeksi tambahan yang bisa memperburuk kondisi kesehatan, yang mencakup vaksinasi, menghindari tempat dengan risiko tinggi terhadap infeksi, menjaga kebersihan pribadi, dan memperhatikan gejala-gejala penyakitnya.
3. Perawatan Kesehatan yang Tepat
Penderita HIV memerlukan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dan tepat guna, seperti pemantauan rutin oleh tenaga medis yang terlatih dalam pengelolaan HIV/AIDS. Perawatan ini mencakup pemantauan tingkat virus HIV dalam darah (viral load), pengukuran jumlah sel CD4 (indikator kesehatan sistem kekebalan tubuh), dan pemeriksaan kesehatan lainnya untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi sejak dini.
Cara Mencegah Penyakit HIV
Penularan virus HIV juga bisa dicegah sehingga tidak menjadi penyakit AIDS. Berikut adalah langkah pencegahan penyakit HIV yang dapat dilakukan
1. Menggunakan Pelindung saat Berhubungan Seksual
Penggunaan pelindung, seperti kondom, saat berhubungan seksual adalah salah satu cara efektif untuk mencegah penularan HIV. Kondom membentuk penghalang fisik antara tubuh seseorang dan cairan tubuh pasangan sehingga mengurangi risiko transmisi virus. Gunakan kondom dengan benar setiap kali berhubungan seksual.
2. Menghindari Penggunaan Jarum Suntik Bersama
Hindari menggunakan jarum suntik bersama dengan orang lain. Program pertukaran jarum di beberapa negara membantu menyediakan jarum suntik steril untuk pengguna obat intravena sehingga mengurangi risiko penularan HIV.
3. Memahami Cara Penularan HIV
Walaupun HIV tidak menyebar melalui sentuhan sehari-hari seperti berjabat tangan, pelukan, atau menggunakan toilet bersama, penting untuk memahami dan menghormati hak privasi orang yang terdiagnosis HIV. Edukasi dan pemahaman yang benar tentang cara penularan HIV membantu mengatasi stigma dan diskriminasi yang sering kali dialami oleh orang dengan HIV.
4. Menjaga Pola Hidup Sehat
Jagalah kebersihan pribadi dengan rajin mencuci tangan, menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga teratur, mengonsumsi makanan sehat yang mendukung sistem kekebalan tubuh, dan istirahat yang cukup. Gaya hidup sehat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mampu melawan infeksi termasuk HIV. Selain itu, memiliki pengetahuan tentang HIV juga memainkan peran penting dalam upaya pencegahan penyakit ini.